Faktor Hereditas dan Lingkungan Dalam Perkembangan Anak
Individu manusia adalah makhluk tuhan yang paling sempurna
bila dibandingkan dengan makhluk-makhluk yang lainnya. Dengan berbagai potensi
yang di milikinya, anak manusia bisa berkembang dan mengalami banyak perubahan
dalam kehidupannya baik secara fisik maupun pisikis.
Meskipun konflik pendapat tetap berlangsung diantara para
ahli berkenaan dengan penentuan faktor apa yang paling berpengaruh terhadap
perkembangan individu, pada prinsipnya dapat disimpulkan ada dua faktor dominan
yang perlu di bicarakan, yaitu :
1.
Faktor hereditas yang
bersifat alamiah (nature) dan merupakan sesuatu yang diwariskan (endowment)
dari orang tua.
2.
Faktor lingkungan
(environment atau nuture) sebagai kondisi atau pengalaman-pengalaman
interaksional yang memungkinkan berlangsungnya proses perkembangan.
Suatu asumsi umum yang dapat dipegang adalah bahwa
sesungguhnya kedua faktor tersebut diperlukan dalam perkembangan manusia. “without
genes, there is no organism; without environment, there is no organism. Because
the environment’s influence depend on genetically endowed characteristics, we
say that two factors interact”. Demikian kesimpulan Santrock dan Yussen
(1992:104).
Hal lain yang perlu diketahui adalah bahwa diskusi tentang
pengaruh faktor hereditas dan lingkungan tidak bisa lepas dari pembahasan
genetika. Dengan demikian, untuk memahami persoalan ini Anda dengan sendirinya
perlu memahami konsep genetik dan prinsip-prinsip penurunannya.
A.
Mekanisme Pewarisan
Secara Genetik
Setiap
spesies termasuk manusia, memiliki suatu mekanisme tertentu untuk mewariskan
karakteristik-karakteristik bawaan dari suatu generasi ke generasi berikutnya.
Mekanisme tersebut dapat dipahami melalui prinsip-prinsip pewarisan genetika.
Kehidupan
individu (manusia) tumbuh dari sel reproduksi yang disebut dengan gametes. Sel
reproduksi atau ganetes ini berasal dari orang tua. Sel reproduksi dari pihak
ayah disebut sperma (sperm) dan sel reproduksi dari piahk ibu dikenal sebagai
sel telur (ovum). Sperma direproduksi dalam buah pelir (testiclis), sedangkan
sel telur dikembangkan dalam indung telur (ovaries). Sperma dan sel telur
inilah yang memuat informasi genetika sebagai mana terkandung dalam
struktur-struktur molikuler yang disebut dengan gen (genes).
B.
Prinsip-prinsip
Pewarisan Secara Genetik
Penentuan
pewarisan secara genetik merupakan masalah yang sangat kompleks sehingga masih
banyak aspek yang belum diketahui secara pasti tentang hal tersebut. Namun
demikian, beberapa prinsip genetika telah ditemukan oleh para ahli, yaitu
sebagai berikut : gen-gen dominan resesif, gen-gen jenis kelamin,
karakteristik-karakteristik yang diwariskan secara poligenik, perbedaan
genotif-fenotif, rentang reaksi, dan kanalisasi (Santrock & Yussen, 1992).
C.
Pengaruh Interaksional
antara Faktor Hereditas dan Lingkungan dalam Perkembangan
Pemahaman
terhadap mekanisme dan prinsip-prinsip pewarisan genetika dengan sendirinya
telah memberikan dasar pemahaman tentang bagaimana faktor keturunan dan faktor
lingkungan berperan dalam perkembangan individu (manusia). Gen-gen yang
diwarisi dari orang tua telah memuat kode-kode informasi genetik sehingga
berperan sebagai “blue print” bagi perkembangan individu. Sebaliknya,
lingkungan interaksional tempat individu tumbuh dan berkembang berperan sebagai
sarana yang dapat memfasilitasi atau membatasi teraktualisasikannya
karakteristik-karakteristik potensial yang diwarisi individu secara genetik.
Proses Perkembangan
Menurut Santrok dan Yussen (1992) perkembangan adalah pola
gerakan atau perubahan yang dimulai pada saat terjadi pembuahan dan berlangsung
secara terus selama siklus kehidupan. Dalam perkembangan terdapat pertumbuhan.
Pola gerakan itu kompleks karena merupakan hasil (produk) dari beberapa proses
antara lain , proses biologis, proses kognitif, dan proses sosial.
1.
Proses biologis
Meliputi
perubahan-perubahan fisik individu. Gen yang diwarisi oleh orang tua,
perkembangan otak, penambahan tinggi dan berat, ketrampilan motorik, dan
perubahan-perubahan hormon pada masa puber mencerminkan peranan proses-proses biologis
dalam perkembangan.
2.
Proses kognitif
Meliputi
perubahan-perubahan yang terjadi pada individu mengenai pemikiran, kecerdasan
dan bahasa. Seperti mengamati gerakan mainan bayi yang digantung, menghubungkan
dua kata menjadi kalimat, menghafal puisi dan memecahkan soal-soal matematik,
dan mencerminkan peranan proses kognitif dalam perkembangan anak.
3.
Proses sosial
Meliputi
perubahan-perubahan yang terjadi dalam hubungan individu dengan orang lain,
perubahan-perubahan dalam emosi dan perubahan dalam kepribadian. Seperti contoh
senyuman bayi sebagai respons terhadap sentuhan ibunya, sikap agresif anak
laki-laki terhadap teman mainnya, kewaspadaan gadis terhadap lingkungannya yang
mencerminkan dalam proses sosial dalam perkembangan anak.
Fase-Fase Perkembangan
Perubahan pada perkembangan merupakan produk-produk dari
proses biologis, kognitif, dan sosial. Proses-proses itu terjadi pada
perkembangan manusia yang berlangsung pada keseluruhan siklus hidupnya. Untuk
memudahkan pemahaman tentang perkembangan maka dilakukan pembagian berdasarkan
waktu-waktu yang dilalui manusia, antara lain :
ü Fase pranatal (saat dalam kandungan) adalah waktu yang terletak antara masa
pembuahan dan masa kelahiran. Pada saat ini terjadi pembuahan yang luar biasa
dari satu sel menjadi satu organisme yang lengkap dengan otak dan kemampuan
berperilaku, dihasilkan dalam waktu lebih kurang sembilan bulan.
ü Fase bayi adalah saat perkembangan yang
berlangsung sejak lahir sampai 18 atau 24bulan. Masa ini adalah masa yang
sangat bergantung kepada orang tua. Banyak kegiatan-kegiatan psikologis yang
baru dimulai misalnya : bahasa, koordinasi sensori motor dan sosialisasi.
ü Fase kanak-kanak awal adalah fase perkembangan yang
berlangsung sejak akhir masa bayi sampai 5 atau 6 tahun, atau disebut dengan
masa pra sekolah. Selama fase ini mereka belajar melakukan sendiri banyak hal
dan berkembang dengan keterampilannya. Memasuki kelas satu SD maka menandai
berakhirnya fase ini.
ü Fase kanak-kanak tengah dan akhir adalah fase
perkembangan yang berlangsung sejak kira-kira umur 6 sampai 11 tahun, sama
dengan masa usia sekolah dasar. Anak-anak menguasai keterampilan-keterampilan
dasar membaca, menulis dan berhitung. Secara formal mereka mulai memasuki dunia
yang lebih luas dengan budayanya. Pencapaian prestasi menjadi arah perhatian
pada dunia anak, dan pengendalian diri sendiri bertambah pula.
ü Fase remaja adalah masa perkembangan yang
merupakan transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa awal, yang dimulai
kira-kira umur 10 sampai 12 tahun dan berakhir kira-kira umur 18 sampai 22
tahun.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan
Berdasarkan data yang diperoleh dari penelitian perilaku
genetik yang mendukung pentingnya pengaruh keturunan terdapat beberapa faktor
yang mempengaruhi perkembangan, antara lain :
1.
Kecerdasan
Arthur
Jensen (1969) mengemukakan pendapatnya bahwa kecerdasan itu diwariskan
(diturunkan). Ia juga mengemukakan bahwa lingkungan dan budaya hanya mempunyai
peranan minimal dalam kecerdasan.
2.
Temperamen
Tempramen
adalah gaya perilaku karakteristik individu dalam merespons. Ahli-ahli
perkembangan sangat tertarik mengenai tempramen bayi. Sebagian bayi sangat
aktif menggerak-gerakan tangan, kaki, dan mulutnya.
3.
Kepribadian
Keseluruhan
cara seorang individu bereaksi dan berinteraksi dengan individu lainnya. Kepribadian paling sering
dideskripsikan dalam istilah sifat yang bisa diukur yang ditunjukkan oleh
seseorang.
Perkembangan
Fisik dan Perseptualan Anak Sekolah Dasar
A. Perkembangan Fisik
Anak sekolah dasar di Indonesia pada umumnya berada pada
rentang usia sekitar 6-12 tahun. Dalam psikologi perkembangan, rentang usia
tersebut lazimnya disebut sebagai masa anak (middle and late chilhood), yaitu
suatu fase antara masa kanak-kanak (early chilhood) dan masa remaja
(adolescene). Sebutan lain yang sering digunakan adalah masa usia sekolah.
Sebutan ini mungkin diberikan karena anak pada usia ini mulai memasukidunia
pendidikan formal, yaitu sekolah.
Pembahasan mengenai perkembangan fisik anak SD ini mencakup
aspek-aspek tinggi dan berat badan, proporsi tubuh dan dampak-dampak psikologis
yang dapat ditimbulkannya, serta perbandingan otot-lemak. Masalah kesehatan,
gizi, olahraga dan suasana emosional dalam perkembangan fisik anak.
1.
Tinggi dan Berat Badan
Di
Indonesia belum ada standar baku tentang ukuran kenaikan berat dan tinggi badan
anak usia SD, namun penambahan itu diperkirakan berkisar antara 2,5-3,5 kg dan
5-7 cm pertahun (F.A. Hadis, 1996)
2.
Proporsi dan Bentuk
Tubuh
Anak SD
kelas-kelas awal umumnya masih memiliki proporsi tubuh yang kurang seimbang.
Kekurangseimbangan ini sedikit demi sedikit berkurang sampai berlihat
perbedaannya ketika anak mencapai kelas 5 atau 6. Pada kelas-kelas akhir SD,
lazimnya proporsi tubuh anak sudah mendekati keseimbangan.
3.
Berdasarkan tipologi
Sheldon (Hurlock, 1980), ada tiga kemungkinan bentuk primer tubuh anak SD. Tiga
bentuk primer tubuh tersebut, yaitu :
a.
Endomorph, yaitu yang
tampak dari luar berbentuk gemuk dan berbadan besar.
b.
Mesomorph, yang
kelihatannya kokoh, kuat, dan lebih kekar.
c.
Ectomorph, yang tampak
jangkung, dada pipih, lemah dan seperti tak berotot. Secara visual
bentuk-bentuk tubuh tersebut dapat diamati pada gambar berikut.
4.
Otak
Kematangan
otak yang dikombinasi dengan pengalaman berinteraksi dengan lingkungan sangat
berpengaruh terhadap perkembangan kognisi anak, dalam hal ini, bukan sekedar
kebutuhan yang harus dipenuhi, melainkan juga diperlukan rangsangan-rangsangan
yang membuat otak anak itu berfungsi. Pertumbuhan otak memiliki keterbatasan
waktu, maka rangsangan otak di usia dini menjadi sangat penting. Penundaan yang
terjadi akan membuat otak itu tetap tertutup sehingga tidak dapat menerima
program-program baru.
5.
Keterampilan Motorik
Selama masa
anak, kemampuan gerak motorik menjadi lebih halus dan lebih terkoordinasi
daripada masa sebelumnya. Pada saat berusia sekitar 10-11 tahun, anak-anak
lazimnya sudah mampu melakukan berbagai jenis kegiatan olahraga seperti, lari,
mendaki, lompat tali, berenang dan mengendarai sepeda. Dalam
keterampilan-keterampilan motorik kasar yang melibatkan otot besar ini, anak
laki-laki lazimnya memiliki kemampuan yang lebih baik daripada anak-anak
perempuan. Hal demikian terjadi karena jumlah sel-sel otot anak lebih banyak
daripada sel-sel otot anak perempuan.
Meningkatkan
proses melunasi selama masa anak terefleksi dalam keterampilan-keterampilan
motorik halus. Anak dapat menggunakan tangan merekasecara lebih lihai. Anak
usia enam tahun dapat melakukan pekerjaan-pekerjaan seperti melekatkan benda,
memasang tali sepatu, dan mengancingi baju. Menjelang usia tujuh tahun, tangan
anak menjadi lebi kuat. Pada usia ini, anak dapat menggambar secara lebih kecil
dan rapi. Antara usia 8-10 tahun, tangan anak dapat digunakan secara bebas
dengan lebih mudah dan tepat. Ukuran huruf yang ditulis anak menjadi lebih
kecil dan lebih sempurna. Pada usia 10-12 tahun, anak mulai menunjukkan
keterampilan manipulatif yang hampir serupa dengan keterampilan orang dewasa.
Pada usia ini, anak dapat menguasai gerakan-gerakan yang kompleks, berbelit-belit,
dan cepat yang dipergunakan untuk menghasilkan kualitas karya yang baik atau
untuk memainkan perangkat instrumen yang lebih sulit. Dalam hal keterampilan
motorik halus ini, kemampuan anak perempuan biasanya lebih baik daripada anak
laki-laki.
B. Perkembangan Perseptual
Aktivitas perseptual pada dasarnya merupakan proses
pengenalan individu terhadap lingkungannya. Semua informasi tentang lingkungan
sampai kepada individu melalui alat-alat indra yang kemudian diteruskan melalui
syaraf sensori ke bagian otak. Informasi tentang objek penglihatan diterima
memalai indra mata, informasi tentang objek pendengan diketahui melalui indra
telinga, objek sentuhan dengan kulit, objek penciuman melalui indra hidung.
Tanpa penglihatan, pendengaran, penciuman, dan indra-indra lainnya, otak
manusia akan terasing dari dunia yang ada di sekitarnya.
Secara garis ada tiga proses aktivitas perseptual yang
perlu dipahami, yaitu sensasi, persepsi dan atensi. Sensasi adalah peristiwa
penerimaan informasi oleh indra penerima (sensroty receptors). Sensasi
berlangsung saat terjadi kontak anatara informasi dengan indra
penerimaan.dengan demikian, dalam sensai terjadi proses deteksi informasi
secara indrawi. Misalnya, sensai pendengaran terjadi disaat ada
gelombang-gelombang udara yang bergetar diterima oleh telinga sebelah luar dan
diteruskan kebagian dalam syaraf pendengaran. Persepsi adalah interpretasi
terhadap proses pengolahan informasi lebih lanjut dari aktivitas sensasi.
Misalnya, orang menjadi tahu bahwa yang didengarnya itu adalah suara musik,
suara mobil, suara binatang dan sejenisnya. Dalam prosesnya, sensasi dan
persepsi itu mungkin lebih sulit dipisahkan. Artinya, kedua proses itu
merupakan sesuatu yang berlangsung secara bersamaan. Atensi mengacu kepada
selektivitas persepsi. Dengan atensi, kesadaran seseorang bisa hanya tertuju
kepada suatu objek atau informasi dengan mengabaikan objek-objek lainnya.
Dilihat dari keragaman indra penerima informasi, persepsi
dapat diklasifikasi ke dalam tiga kelompok, yaitu :
1. Persepsi Visual
Persepsi
Visual adalah persepsi yang didasarkan pada penglihatan. Persepsi ini sangat
mengutamakan peran indra penglihatan (mata) dan proses perseptualannya. Dengan
demikian, proses perkembangannya sangat tergantung kepada fungsi indra mata.
Dilihat
dari dimensinya, ada enam jenis persepsi visual yang dapat dibedakan, yaitu:
a. Persepsi Konstanitas Ukuran
Adalah
kemampuan individu untuk mengenal bahwa setiap objek memiliki suatu ukuran yang
konstan meskipun jaraknya yang bervariasi. Variasi bayangan ini membuat suatu
objek menjadi lebih besar atau lebih kecil saat diterima oleh retina. Namun
dengan kemampuan persepsi konstansi ukuran, individu dapat mempersepsi bahwa
benda itu ukurannya tetap meskipun kelihatannya lebih kecil karena jaraknya
lebih jauh atau atau lebih besar karena jaraknya lebih dekat.
Secara
lebih kompleks, persepsi jenis ini juga merupakan kemampuan untuk menimbang
atau menilai secara akurat ukuran objek-objek yang berbeda dengan jarak pandang
yang bervariasi pula. Pada umumnya persepsi penimbangan-penimbangan ini
berkembang dan mencapai kematangannya pada rata-rata usia 11 tahun.
b. Persepsi tentang Objek atau Gambar
Pokok dan Latarnya
Persepsi
ini memungkinkan individu untuk menempatkan suatu objek atau gambar yang berada
atau tersimpan pada suatu latar yang membingungkan. Kemampuan seperti ini akan
terlihat dalam gambar anak. Anak yang belum memiliki kemampuan ini akan
menggambar dengan tidak beraturan. Misalnya, dalam gambar yang dibuatnya semua
objeknya terlihat. Padahal, seharusnya ada bagian-bagian tertentu yang tidak
terlihat karena tertutup bagian lain.
Kemampuan
persepsi visual ini tampak meningkat dengan cepat dalam pertumbuhan anak.,
khususnya pada usia 4-6 tahun dan antara 6-8 tahun. Anak seusia ini lazimnya
dapat menempatkan item-item gambar pada suatu latar yang tepat, bila
objek-objek tersebut tidak asing baginya. Namun, ia mendapat kesulitan yang
berarti bila gambarnya berupa bentuk-bentuk geometrik yang abstrak. Akhirnya,
perkembangan ketrampilan anak dalam aspek ini hampir mendekati ketrampilan
orang dewasa pada saat kira-kira berusia delapan tahun.
c. Persepsi Keseluruhan dan Bagian
Persepsi
ini merupakan kemampuan untuk membedakan bagian-bagian suatu objek atau gambar
dari keseluruhannya. Proses ini memungkinkan individu untuk dapat menyadari
suatu objek atau gambar baik secara parsial (bagian-bagian) maupun secara
keseluruhan. Puncak perkembangan keterampilan mengintegrasikan bagian-bagian
dan keseluruhan kedalam gambar secara total ini tercapai pada saat anak berusia
menjelang sembilan tahun.
d. Persepsi Ke dalaman
Persepsi
ini merupakan kemampuan seseorang untuk mengukur jarak dari posisi tubuh ke
suatu objek. Persepsi ke dalaman ini memerlukan ketajaman visual yang baik.
Proses perkembangan persepsi ini berawal sejak berumur enam bulan dan mencapai
kematangannya pada sekitar usia sepuluh tahun.
e. Orientasi Tilikan Ruang
Orientasi
tilikan ruang merupakan kemampuan penglihatan untuk mengidentifikasi, mengenal,
dan mengukur dimensi ruang. Misalnya, seorang supir memiliki kemampuan untuk
mengepas jalan di saat mengendarai mobil. Kemampuan ini juga sudah dikembangkan
sejak bayi, namun selama usia SD kemampuan persepsi ini juga dipertajam melalui
pengalaman-pengalaman yang diperoleh.
f. Persepsi Gerakan
Persepsi
ini melibatkan kemampuan memperkirakan dan mengikuti gerakan atau perpindahan
suatu objek oleh mata. Kemampuan persepsi ini juga sudah mulai dikembangkan
sejak bayi terhadap gerakan horizontal, disusul terhadap gerakan vertikal,
gerakan diagonal dan terakhir terhadap gerakan berpusat. Kematangan akurasi
gerakan anak dalam mengikuti gerakan-gerakan suatu objek ini tercapai pada
sekitar usia 5-10 tahun (Haywood, 1977)
2. Persepsi Pendengaran
Pendengaran
memberikan suatu kontribusi tersendiri dan cukup penting peranannya dalam
proses perseptual. Persepsi pendengaran merupakan pengamatan dan penilaian
terhadap suara yang diterima oleh bagian telinga. Bagian-bagian telinga
tersebut berkembang sejak masa pranatal, khususnya bagian telinga dalam.
Telinga bagian luar dan telinga bagian dalam terbentuk pada pertengahan
kehidupan janin.
Pada awal
kelahiran, pendengaran bayi sudah siap untuk digunakan. Kemudian persepsi
pendengaran ini berkembang secara cepat pada waktu masa seminggu pertama
setelah kelahiran. Namun perkembangan ketajaman pendengaran selanjutnya terjadi
pada masa anak-anak, bahkan masih berkembang pada masa remaja.
Seperti
halnya persepsi penglihatan, perkembangan persepsi pendengaran mencakup
beberapa dimensi, yaitu :
a. Persepsi Lokasi Pendengaran
Persepsi
ini berkenaan dengan kemampuan mendeteksi tempat munculnya suatu sumber suara.
Misalnya, kalau si anak di panggil dari sebelah kiri, maka ia menengok ke
sebelah kiri, kalau pada langit-langit ada suara menakutkan, maka ia memusatkan
perhatiannya ke arah sumber suara tersebut. Dalam hal ini, anak mempersepsi
arah sumber munculnya suara sehingga ia dapat menghubungkan suara itu dengan
sumbernya. Pada usia 4-6 bulan pertama, bayi lazimnya sudah dapat memalingkan
kepalanya kearah datangnya suara, sedangkan pada usia 12-14 bulan, ia sudah
dapat melokalisasi suara-suara yang berjarak. Kemampuan ini terus meningkat
hingga menjelang usia tiga tahun si anak mampu melokalisasi arah suara-suara
secara umum. Namun aspek-aspek lokalisasi suara secara lebih detail, seperti
tingkat ambang suara dan lokalisasi sumber-sumber suara yang banyak, belum
dapat dikuasai secara akurat pada masa anak.
b. Persepsi Perbedaan
Terkadang
anak dibingungkan oleh dua suara yang mirip dalam hal nada, kekerasan, atau
cara pengucapannya seperti antara “d” dan “t” atau antara “b” dan “p”. Bayi
yang berusia 1-4 bulan sudah mampu membedakan suara-suara dasar, tetapi usia
3-5 tahun merupakan masa peningkatan akurasi dari pengenalan-pengenalan suara
yang berbeda. Pada usia 8-10 tahun, umumnya anak sudah memperoleh peningkatan
yang sangat besar dalam kemampuan mereka untuk mendeteksi perbedaan suara-suara
yang mirip, namun anak masih terus memperhalus keterampilan membedakan suara
itu hingga sekurang-kurangnya berusia 13 tahun.
c. Persepsi Pendengaran Utama dan Latarnya
Terkadang
kita perlu memperhatikan suara-suara tertentu, sambil mendengarkan suara-suara
lain yang tidak berhubungan. Kemampuan inilah yang dimaksud dengan persepsi
pendengan utama dan latarnya. Misalnya, kita perlu mendengarkan suara guru yang
sedang mengajar (a figure sound), sambil mengabaikan suara-suara gaduh yang
datang dari luar kelas (background sounds). Dalam proses pendidikan, kemampuan
persepsi ini tentunya penting. Namun, proses perkembangan persepsi ini belum
banyak diketahui.
Implikasi bagi penyelenggaraan pendidikan di Sekolah Dasar
· Implikasi bagi Penyelenggaraan
Pembelajaran
Bahwa usia anak SD sudah lebih mampu mengontrol tubuhnya
dari anak pada anak usia sebelumnya. Kondisi tersebut membuat anak anak SD
dapat memberikan perhatian yang lebih lama terhadap kegiatan pembelajaran yang
sedang berlangsung. Namun kondisi fisik mereka jauh lebih dari matang dan masih
harus terus berkembang. Fisik anak usia SD masih memerlukan banyak gerak baik
untuk kepentingan peningkatan dan pengayaan keterampilan-keterampilan
motoriknya maupun untuk pemenuhan kebutuhan akan gerak dan kesenangan mereka.
Begitupun perkembangan perseptualannya masih mengalami penajaman dan
penghalusan.
Kongkritnya, cara pembelajaran yang di harapkan adalah
memiliki karakteristik berikut :
1.
Programnya disusun
secara fleksibel dan tidak kaku serta memperhatikan perbedaan perbedaan
individu anak.
2.
Tidak dilakukan secara
monoton dan verbalistik, tetapi di sajikan secara variatif melalui banyak
aktivitas seperti eksperimen, praktek, observasi langsung, permainan, dan
sejenisnya.
3.
Melibatkan penggunaan
berbagai media dan sumber belajar sehingga memungkinkan anak terlibat secara
penuh dengan menggunakan berbagai proses mental dan perceptual.
· Implikasi bagi Penyelenggaraan
Pendidikan Olahraga
Olahraga ini penting untuk merangsang perkembangan fisik
dan perseptualan anak. Agar aktivitas olahraga memberikan rangsangan yang
tepat.
Ada dua hal yang perlu dijadikan dasar dalam penyelenggaraan program olahraga
anak sekolah dasar :
Pertama : pada anak usia sekolah dasar system otot dan lemaak anak
mulai berkembang sehingga anak mulai menguasai gerakan-gerakan secara relative
sempurna.
Kedua : dunia anak
adalah gerak dunia bermain. Meskipun intensitasnya sudah relatif berkurang bila
di bandingkan dengan pada saat prasekolah, aktivitas gerak dan bermain masih
merupakan sesuatu diminati anak-anak SD.
Jadi aktivitas berolahraga dapat di implikasikan melalui
permaiunan permainan motorik yang sesuai dengan tahap perkembangan anak.
· Implikasi bagi Pemeliharaan Kesehatan
dan Nutrisi Anak
Penanaman kebiasaan berperilaku sehat terhadap anak SD
merupakan salah satu hal yang perlu di pahami dan diterapkan sejak dini .
kebiasaan pemeliharaan kesehatan sebaiknya diterapkan sejak dini dan dilakukan
secara menyeluruh mulai dari kebersihan pakaian dan tubuh, kebersihan makanan,
pemeliharaan kebersihan lingkungan sekitar, serta mendisiplin diri untuk tidak
membuang sampah sembarangan.
Untuk mewujudkan upaya pemeliharaan kesehatan dan pemenuhan
gizi anak tersebut ada beberapa upaya yang di tempuh oleh sekolah, di antaranya
adalah sebagai berikut :
1.
Melakukan pemeriksaan
kewsehatan anak secara rutin, dan ini dapat dilakukan dengan kerjasama dengan
pihak Departemen Kesehatan.
2.
Menciptakan lingkungan
sekolah yang sehat melalui penerapanaturan, displinyang jelas, tegas, dan
bijaksana sisertai dengan unsur keteladanan dari pihak staf sekolah,
khususnya guru.
3.
Melakukan pembinaan
tentang kesehatan terhadap para pedagang makanan yang ada di sekitar sekolah .
4.
Menjalin kerjasama
dengan pihak orang tua untruk sama-sama membudayakan prilaku hidup sehat.
DAFTAR PUSTAKA
Syaodih.2007.Perkembangan
Peserta Didik, Jakarta: Universitas Terbuka
Mikarsa,
Hera Lestari. 2002. Pendidikan Anak di SD, Jakarta: Universitas Terbuka
Ridwan
dkk. 2006. Perkembangan Peserta Didik, Bandung : UPI PRESS
Wardani
dkk. 2007. Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta : Universitas Terbuka
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.